Meletakkan Adat Dalam Atoran dan Adab

Junaidi Ohorella

Junaidi Ohorella – Pemerhati Budaya Poton

DALAM sejarah tutur tua-tua kampung (Kipai dan Wailegi) Ta Ipa atau yang lazimnya lebih dikenal dengan sebutan Coka Iba, adalah ritual dan tradisi yang dilaksanakan bertepatan dengan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran nabi.

Awal mula, Ta Ipa (Bahasa Patani yang berarti Bukan Dia) dibawah oleh salah satu ulama yang datang ke negeri Fagogoru, untuk menyiarkan ajaran yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Jika Para Wali Songo menggunakan wayang dalam men – syiarkan ajaran Islam, ulama yang datang ke negeri Fagogoru (Weda, Patani, Maba), menggunakan Ta Ipa sebagai media untuk menjelaskan kepada masyarakat, bahwa berhala – berhala adalah bukan Tuhan (Bukan DIA) yang maha kuasa, melainkan Allah SWT adalah Tuhan Seru Sekalian Alam.

Baca juga:  Potret Politik Lokal dan Tantangan Oligarki

Dalam perkembangannya, syiar keagamaan ini kemudian dilanjutkan oleh ketiga putranya (Datuk dari Weda, Patani, dan Maba) yakni Borfa (Rajonan Satrio) di wilayah Obon (Maba), Bornabi (Rajonan Ka Surau) di daerah Poton (Patani), Bortango (Su Da Rajo/Su Ta Rajo) di wilayah Were (Weda).

Bermula ketika ketiga anak tersebut berkumpul kembali setelah setahun menetap dan menyiarkan syiar Islam di wilayah masing – masing, pada saat berjumpa ulang di bulan Rabiul Awal, sesuai dengan perjanjian yang disepakati oleh ketiganya, bahwa dibulan kelahiran nabi, mereka bertiga harus bertemu kembali untuk bersilaturahim, pula digunakan untuk melaporkan dan mengevaluasi perkembangan syiar keislaman mereka dimasing – masing wilayahnya, juga yang lebih utama, adalah untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW secara bersama – sama.

Baca juga:  ASN Dan Syahwat Politik Dalam Pilkada 2020

Ketika tiba saatnya di bulan Rabiul Awal, ketiganya lalu menunaikan sumpah janji mereka.Perayaan Maulid pada saat tersebut (masih Menurut Lisan Tua – Tua Kampung), biasanya dimulai dari tanggal 1 bulan dilangit pada bulan Rabiul Awal hingga berpuncak pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Dari tanggal 1, dibacakan dzikir maupun saut, kabata, denge dan kleley yang mengisahkan riwayat Sang Nabi, juga disertai dengan tabuhan rebana sebagai alat untuk mengiringi dzikir, saut, kabata, denge dan kleley dalam mengagungkan hari kelahiran Nabi hingga berpuncak pada malam 12 Rabiul awal.

error: Content is protected !!