DARUBA – Sejak 2018, Kementerian Pertanian RI telah menetapkan Kelapa Bido Morotai sebagai salah satu kelapa varietas unggulan yang nantinya akan dikembangkan di sejumlah daerah di Indonesia.
Sejak saat itu, Kelapa Bido mulai diminati warga lokal. Terlihat, Kelapa Bido banyak ditemukan di pekarangan rumah warga di Morotai.
Bahkan ada juga warga dari Ternate, Tidore, Halut, bahkan dari luar Maluku Utara, datang membeli Kelapa tersebut karena keunikannya.

Salah satu keunikan yang paling di mintai warga adalah kelapa tersebut hanya butuh waktu 2 sampai 3 tahun sudah bisa menghasilkan buah dengan jumlah yang banyak.
Kelapa Bido berasal dari salah satu Desa di Kecamatan Morotai Utara yakni Desa Bido. Sejak 30 tahun lalu, kelapa tersebut sudah ditanam dengan jumlah yang banyak di desa Bido untuk produksi kopra.
Namun kelapa tersebut baru menjadi perhatian pemerintah daerah sejak ditetap sebagai kelapa varietas unggulan di tahun 2018.
Bahkan Kementerian Pertanian RI mengklaim kelapa Bido merupakan satu-satunya kelapa yang hanya ada di desa Bido dan tidak ada di Negara manapun di dunia, bahkan di seluruh Provinsi di Indonesia.
Hanya saja, dari pantauan Fajar Malut, belum semua desa di Morotai mampu mengembangkan Kelapa Bido dengan jumlah yang banyak.
Satu-satunya desa yang fokus pada pengembangan kelapa Bido selain Desa Bido hanyalah Desa Ngele-Ngele Besar.
Desa Ngele-Ngele Besar merupakan satu-satunya desa kepulauan di Kecamatan Morotai Selatan Barat (Morselbar), yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.
Walau berprofesi sebagai nelayan, warga setempat mencoba melakukan pengembangan kelapa Bido dengan jumlah yang banyak. Alhasil, dalam kurung waktu 4 tahun, jumlah kelapa Bido yang ditanam warga setempat sudah lebih dari 1.300 pohon.
Dengan upaya warga itu, Desa Ngele-Ngele Besar yang sebelumnya hanya mengandalkan wisata bahari dan pemandangan pantai yang indah, kini bisa menjadi salah satu tujuan destinasi wisata Kelapa Bido.
“Iya semenjak kita kembangkan kelapa bido di desa ini, banyak orang luar yang datang ke sini untuk tujuan wisata sekaligus membeli bibit Kelapa Bido disini,” akui Kepala Desa (Kades) Ngele-Ngele Besar, Bul Abdul Aziz, saat ditemui media ini, Sabtu (18/3/2023).
Menurutnya, saat ini jumlah Kelapa Bido yang tumbuh di desa Ngele-Ngele Besar sudah lebih dari 1.300 pohon.
“Jadi setiap rumah disini saya suru tanam satu atau dua pohon di halaman rumah, ada kurang lebih 600 pohon yang tersebar di rumah-rumah sekarang, dan 700 pohon saya coba kembangkan di lahan saya seluas 4 hektar,” katanya.
Namun, Bul mengaku tidak puas jika kelapa ini hanya menjadi hiasan di halaman rumah saja.
Dirinya mencoba mengembangkan ide yang lebih inovatif untuk bisa memproduksi kelapa ini menjadi minyak kelapa agar bisa memberikan penghasilan bagi warganya. Bahkan ide ini sudah dimatangkan, dan siap terealisasi tahun ini.
“Melihat jumlah kelapa Bido yang banyak ini, saya pikir-pikir alangka baiknya saya berdayakan ibu-ibu di desa ini untuk produksi minyak kelapa curah,” ujar Bul.
“Jadi tahun ini saya sudah pesan satu unit mesin minyak kelapa curah, mungkin di bulan enam kita sudah bisa produksi. Insya Allah ini bisa memberikan penghasilan buat warga saya sini,” sambungnya.
Kata dia, rencana ini tentunya tak main-main. Semuanya sudah dipersiapkan secara matang. “Keinginan besar kita, minyak yang kita hasilkan dari Kelapa Bido ini bisa sampai di ekspor keluar negeri, tetapi kita mencoba memulainya secara bertahap,” katanya.
Intinya, lanjut Bul, semua upaya yang dilakukannya ini semata-mata untuk memberdayakan warganya terutama para emak-emak.
“Ya kalau suaminya sudah pergi melaut, istrinya jangan hanya menunggu suaminya pulang, minimal kita berikan mereka pekerjaan. Jadi kalau produksi minyak kelapa ini bisa berjalan dengan baik, otomatis pendapatan ekonomi mereka juga bertambah,” tutup Bull. (fay)
