Warung di Kuburan Cina Dibongkar

Penertiban pedagang dilokasi kuburan

TERNATEMenindaklanjuti surat dari yayasan cahaya bakti untuk pengosongan lahan pekuburan Tionghoa (cina), pada Senin (27/7) Satpol PP Kota Ternate melakukan pembongkaran terhadap sejumlah warung yang berjualan di samping jalan itu. Meski dalam pembongkaran itu sempat memanas karena ada warga yang enggan warung mereka dibongkar, namun proses pembongkaran tetap dilakukan.

Plt. Kasatpol PP Kota Ternate Fhandi Tuminah mengatakan, pihaknya menindaklanjuti surat dari yayasan cahaya bhakti (YCB) untuk pengosongan lokasi pekuburan Tionghoa (cina) yang ditempati warga mencapai 80 lebih KK.” Untuk menindaklanjuti surat itu, kami juga menyurat kepada pedagang maupun warga yang menempati kubur cina, sebanyak dua kali dan hari ini kami turun melakukan kegiatan penertiban,” katanya.

Meski begitu, kata dia, saat penertiban ada warga yang mempermasalahkan itu karena mereka beranggapan itu lahan pekuburan dan dengan inisiatif sendiri membongkar, tapi ada beberapa oknum yang bersikeras untuk mempertahankan usaha mereka.” Sehingga tadi kami sudah berkomunikasi dengan pihak yayasan, agar diberikan waktu karena ini momen Idul Adha agar kepala keluarga ini dapat mencari tempat tinggal baru. Jadi hari ini kita focus penertiban pada warung yang ada di depan jalan,” ungkapnya.

Menurut dia, sebanyak tujuh warung yang telah dibongkar dan pedagang sapi dan kambing telah diarahkan ke lapangan, hari ini pihaknya akan menerjunkan tim negosiasi untuk melakukan negosiasi dengan warga. “ Sehingga pembongkaran ini tidak terjadi miss komunikasi, yang pasti Satpol PP hanya melaksanakan tugas dan fungsinya,” jelasnya.

Terpisah, Rustina Ishak salah satu pedagang yang warungnya diminta untuk bongkar bersedih, sebab itu satu-satunya harapan untuk bisa bertahan mencari nafkah. “Saya berharap kalau boleh ada sedikit saja lahan buat usaha, untuk hidup saya ke depan dan anak saya,” katanya.

Dia sendiri statusnya janda kurang lebih lima tahun, dan setahun berjualan di lokasi tersebut. Awalnya dia berdomisili di Mangga Dua dan berjualan kurang lebih setahun dan bangkrut, kemudian pindah ke Gamyou bersama keluarga namun jualan sepi pengunjung. “ Kebetulan ini kosong jadi saya masuk jualan, dan disini saya bisa ongkos anak dan penuhi kebutuhan saya sehari-hari,” terangnya.

Rustina bilang, dia berjualan di lokasi itu milik kakaknya yang kini bekerja di Morotai dan membeli warung tersebut untuk membantu mereka penuhi nafkah, dalam sehari dari hasil penjualannya dia bisa meraup untung sampai Rp 500 ribu. “Kalau boleh pemerintah ada hati baik untuk berikan sedikit saja lahan buat kami orang yang lemah, karena kalau saya belum dapat tempat saya akan ojek, asalkan saya dapat uang,” tegasnya.(cim)

Berita Terkait