Perbedaan dan tata cara pengaturan Fanten sendiripun, hingga kini, terlihat jelas perbedaannya ketika masing – masing desa yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Timur, maupun desa yang ada di Kabupaten Halmahera Tengah.
Misalnya, ciri khas, tata cara, serta pengaturan dari perayaan Fanten yang ada di Desa Kipai dan Wailegi, berbeda dengan desa tetangga lain yang berdekatan, seperti Telepon, Gemia, Peniti, ataupun Desa Banemo yang masih berada pada wilayah Poton (Patani) itu sendiri.
Di negeri Poton (Patani) khususnya dalam wilayah Desa Kipai dan Desa Wailegi yang dihuni oleh Sangadji Poton dan Kapita Lau Poton, Tradisi Fanten bagi mereka, selain dari memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, juga merupakan panduan hidup yang akan selalu mengingatkan mereka, tentang pengajaran – pengajaran tata krama, adab serta sopan santun (tumanina dan wara dalam bahasa Patani).
Pesan – pesan lelehur berupa ijib pengenalan diri dan pengaplikasiannya dalam kehidupan keseharian, dalam menjamu, melayani, serta menjunjung tinggi arti kemanusiaan, bahwa apa yang terdapat dalam diri manusia, adalah manifestasi dari sifat-sifat kebaikan dan kemulian, yang jika dilakukan dengan penuh kesungguhan serta keikhlasan, maka akan menjadi efek domino untuk diri.
Pengajaran – pengajaran ini (oleh masyarakat Patani), diimplementasikan dari pesan para leluhur Negri Fagogoru, seperti yang termaktub dalam 8 pilar pengajaran adab dan wara, yakni Budi dan Bahasa, Sopan dan Hormat, Ngaku dan Rasai, serta Mitat dan Miymoi (Takut dan Malu), yang dari kesemuanya, mengandung makna Penyerahan Diri Kepada yang Maha Kuasa dalam taraf pelayanan, sebagai wujud dari pengejawantahan hubungan manusia dengan manusia (habluminannas) yang diasosiasikan dari makna Fayoyali (melayani, dalam kandungan pelayanan yang hakiki).
Permulaan dari diadakannya acara Fanten pada kedua desa ini (Kipai dan Wailegi), bisa terlaksana dan dapat dilakukan, apabila kedua belah pihak (Pihak Sangadji yang berkedukan di Desa Wailegi dan pihak Kapita Lao yang kedudukannya di Desa Kipai), pada malam 12 Rabiul Awal, saat dilangsungkannya dzikir Ruwayat kelahiran Nabi Muhammad SAW pada masing – masing masjid di kedua desa tersebut.
Jangan Ketinggalan Berita Fajar Malut di Channel WhatsApp.
(tekan disini untuk bergabung)